Keywords
hoax, civic literacy, social media
Document Type
Article
Abstract
Di era demokratisasi saat ini yang bercirikan adanya kebebasan berpendapat setiap warga baik secara lisan ataupun tertulis, maka fenomena hoax menjadi satu hal yang harus menjadi perhatian bersama. Desain penelitian yang digunakan adalah penelitian survey. Proses penyebaran berita dalam media sosial banyak melibatkan kaum perempuan. Hanya sebagian kecil saja yang mengakui sering mendapatkan berita-berita hoax tentang suku, agama, ras, dan antar golongan (SARA). Dengan demikian, maraknya penyebaran berita hoax di media sosial merupakan satu bentuk pembodohan masyarakat dan respons terhadap kemunculan berita hoax dengan cara melakukan tindakan perlawanan.
-----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
In this democratization era characterized by the freedom of speech belongs to every citizen both written and spoken, the hoax should be considered seriously. It was a survey research. The spread of news through social media was conducted mostly by women. It was only small numbers who reported that they had received hoax relating SARA. Therefore, the spreading of hoax through social media is a kind of fooling and their response is through counter-narrative.
First Page
52
Last Page
61
Page Range
52-61
Issue
1
Volume
15
Digital Object Identifier (DOI)
10.21831/jc.v15i1.17296
Source
https://journal.uny.ac.id/index.php/civics/article/view/17296
Recommended Citation
Suyanto, T., Prasetyo, K., Isbandono, P., Zain, I. M., Purba, I. P., & Gamaputra, G. (2018). Persepsi mahasiswa terhadap kemunculan berita bohong di media sosial. Jurnal Civics: Media Kajian Kewarganegaraan, 15(1), 52-61. https://doi.org/10.21831/jc.v15i1.17296
References
Akmal, S. Z., & Nurwianti, F. (2012). Kekuatan karakter dan kebahagiaan pada suku Minang. Jurnal Ilmiah Psikologi, 3(1).
Bungo, N., & Hussin, N. (2011). Migration to Kuala Lumpur : the Minangkabau cultural tradition of out-migrating and trading. GEOGRAFIA Online, Malaysian Journal of Society and Space, 7(5), 116â131.
Hastuti, P. C., Thoyib, A., Troena, E. A., & Setiawan, M. (2015). The Minang entrepreneur characteristic. Procedia - Social and Behavioral Sciences, 211(September), 819â826. https://doi.org/10.1016/j.sbspro.2015.11.108
Marta, S. (2014). Konstruksi makna budaya merantau di kalangan mahasiswa perantau. Jurnal Kajian Komunikasi, 2(1), 27â43.
Morrison, A. (2006). A contextualisation of entrepreneurship. International Journal of Entrepreneurial Behavior & Research, 12(4), 192â209.
Muarif. (2009). Rahasia sukses orang Minang di perantauan : Suku paling sukses merantau di Indonesia. Yogyakarta: Pinus Book Publisher.
Munir, M. (2013). Hidup di rantau dengan damai : nilai-nilai kehidupan orang Minangkabau dalam. Prosiding The 5th International Conference on Indonesian Studies: âEthnicity and Globalization,â 27â41.
Naim, M. (1984). Merantau: pola migrasi suku Minangkabau. Yogyakarta: Gajah Mada University Press.
Navis, A. A. (1984). Alam terkembang jadi guru: Adat dan kebudayaan Minangkabau. Jakarta: Grafiti Pers.
Wibisono, B. A. (2012). Modal sosial kelompok pedagang asal Minang di Kota Surakarta. Dialektika. Surakarta.
Yulanda, N. (2016). Pengaruh nilai budaya bisnis pada masyarakat minangkabau terhadap perilaku kewirausahaan pedagang perantau di Tanah Abang. JABE (Journal of Applied Business and Economic), 2(1), 95â108.