•  
  •  
 

Jurnal Civics: Media Kajian Kewarganegaraan

Keywords

youth, social responsibility, youth organization, citizen, citizenship education

Document Type

Article

Abstract

Generasi muda merupakan aset bangsa, namun banyak dari pemuda yang saat ini kurang memiliki rasa tanggung jawab sosial dalam dirinya. Selain melalui pendidikan, rasa tanggung jawab pemuda dapat diwujudkan melalui organisasi, salah satunya adalah Karang Taruna sebagai organisasi sosial berbasis kepemudaan yang memiliki peran penting dalam mewujudkan tanggung jawab sosial pemuda. Dalam konteks Pendidikan Kewarganegaraan, Karang Taruna dapat ditinjau sebagai gerakan warga negara yang termasuk kedalam domain sosial kultural yang menekankan pada konsep praksis. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap peran dari Karang Taruna Nagasari dalam mewujudkan tanggung jawab sosial pemuda di Desa Sindanglaya dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan yakni wawancara, studi literatur, dokumentasi dan pengamatan (observasi). Dari hasil penelitian didapatkan bahwa Karang Taruna Nagasari memiliki konsep pembentukan tanggung jawab sosial dengan memaksimalkan potensi wilayah, pemberdayaan pemuda dan masyarakat, mengedepankan konsep berdikari untuk melahirkan entrepreneur muda, membuat program produktif secara kontinu dengan memperhatikan aspek lingkungan serta permasalahan sosial yang dihadapi masyarakat desa, khususnya mengenai kepemudaan, mengajak pemuda untuk peka terhadap lingkungan sosial, serta membantu sesama dengan tulus.

---------------------------------------------

The role of youth in realizing youth social responsibility as a citizen movement

The young generation is a national asset, but many of the youth currently lack a sense of social responsibility in themselves. In addition to education, the sense of responsibility of youth can be realized through organizations, one of which is Youth Organization as a youth-based social organization that has an important role in realizing youth social responsibility. In the context of Citizenship Education, Karang Taruna can be viewed as a citizen movement which is included in the cultural social domain which emphasizes the concept of praxis. This study aims to uncover the role of the Nagasari Youth Organization in realizing youth social responsibility in Sindanglaya Village using a qualitative approach. Data collection techniques used are interviews, literature studies, documentation, and observations. From the results of the study, it was found that the Nagasari Karang Taruna had the concept of forming social responsibility by maximizing the potential of the region, empowering youth and society, promoting a self-sufficient concept to create young entrepreneurs, making productive programs continuously by paying attention to environmental aspects and social problems faced by rural communities, especially regarding youth, invites youth to be sensitive to the social environment, and help others sincerely.

First Page

170

Last Page

179

Page Range

170-179

Issue

2

Volume

15

Digital Object Identifier (DOI)

10.21831/jc.v15i2.19182

Source

https://journal.uny.ac.id/index.php/civics/article/view/19192

References

Al-Muchtar, S. (2016). Dasar penelitian kualitatif. Bandung: Gelar Pustaka Mandiri.

Andriani, A. (2016). Melatif kearifan intelektual, emosional, dan spiritual pemuda guna menghadapi pasar bebas Asia Tenggara (Masyarakat Ekonomi Asean-MEA). JPIS, Jurnal Pendidikan Ilmu Sosial, 25(2), 15-20.

Arief, M. R., & Adi, A. S. (2014). Peran karang taruna dalam pembinaan remaja di dusun candi Desa Candinegoro Kecamatan Wonoayu Kabupaten Sidoarjo. Kajian Moral dan Kewarganegaraan, 2(1), 190-205.

Bondy, J. M. (2016). Latina youth, education, and citizenship: A feminist transnational analysis. Theory and Research in Social Education, 44(2), 212-243. http

s://doi.org/10.1080/00933104.2016.1170644

Creswell, J. W. (2010). Reseach design. Pendekatan, kualitatif, kuantitatif, dan mixed. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.

Farzanegan, M. R., & Witthuhn, S. (2016). Corruption and political stability: Does the youth bulge matter? European Journal of Political Economy, 49, 47-70. https://doi.org/10.1016/j.ejpoleco.2016.12.007

Harefa, A. (2008). Menjadi manusia pembelajar. Jakarta: Kompas.

Hepburn, M. A. (1997). Service Learning in civic education: A concept with long, sturdy roots. Theory into Practice, 36, 136-142.

Indrawan, R., & Yaniawati, P. (2016). Metodologi penelitian. Bandung: Refika Aditama.

Irhandayaningsih, A. (2012). Peranan Pancasila dalam menumbuhkan kesadaran nasionalisme generasi muda di era global. Humanika, 16(9), 1-10. https://doi.org/10.1016/S1359-6446(04)03042-9rS1359644604030429 [pii]

Jennings, L. B., Parra-Medina, D. M., Messias, D. K. H., & McLoughlin, K. (2006). Toward a critical social theory of youth empowerment. Journal of Community Practice, 14(1-2), 31-35. https://doi.org/10.1300/J125v14n01

Konadi, W., & Iba, Z. (2011). Bonus demografi modal membangun bangsa yang sehat dan bermartabat. Majalah Ilmiah Unimus, 2(6), 18-24.

Martinek, T., Schilling, T., & Johnson, D. (2001). Transferring personal and social responsibility of underserved youth to the classroom. The Urban Review, 33(1), 29-45.

McDonough, M. H., Ullrich-French, S., Anderson-Butcher, D., Amorose, A. J., & Riley, A. (2013). Social responsibility among low-income youth in physical activity-based positive youth development programs: scale development and associations with social relationships. Journal of Applied Sport Psychology, 25(4), 431-447. https://doi.org/10.1080/10413200.2012.751563

Muncie, J. (2014). Youth and crime. Youth and Crime (Second). London; California; New Delhi: Sage Publication.

Muslam, Fatkuroji, & Muntoli'ah. (2016). Pemberdayaan pemuda karang taruna melalui program remaja pintar berbasis agama desa wisata Kandri Kota Semarang. DIMAS, 16(1), 145-166.

https://doi.org/http://dx.doi.org/10.21580/dms.2016.161.896

Neufeld, B., & Davis, G. (2010). Civic respect, civic education, and the family. Educational Philosophy and Theory, 42(1), 94-111. https://doi.org/10.1111/j.1469-5812.2008.00506.x

Noor, M. (2015). Kebijakan pembangunan kependudukan dan bonus demografi. Serat Acitya - Jurnal Ilmiah UNTAG Semarang, 4(1), 121-128.

Steinitz, V. (1976). "People need help, but people take advantage" the dilemma of social responsibility for upwardly mobile youth. Youth & Society, 7(4), 399-438. https://doi.org/10.1177/0044118X7600700403

Suseno, F. M. (2015). Etika politik. Prinsip-prinsip moral dasar kenegaraan maodern. Jakarta: Gramedia Pustaka Utama.

Sztompka, P. (2010). Sosiologi perubahan sosial. Jakarta: Prenada Media Group.

Wahab, A. A., & Sapriya. (2011). Teori dan landasan pendidikan kewarganegaraan. Bandung: Alfabeta.

Widjaja. H.A.W. (2000). Penerapan nilai-nilai Pancasila & HAM di Indonesia. Jakarta: PT. Rineka Cipta.

Widodo, S. K. (2017). Memaknai sumpah pemuda di era reformasi. HUMANIKA, 91(9), 399-404.

Wuryan, S., & Syaifullah. (2008). Ilmu kewarganegaraan. Bandung: Laboratorium PKn UPI.

Youniss, J., McLellan, J. A., & Yates, M. (1997). What we know about engendering civic identity. American Behavioral Scientist, 40(5), 620-631. https://doi.org/10.1177/0002764297040005008

Share

COinS